10 Upacara Adat Di Jawa Timur Yang Masih Lestari

TRANS BANYUWANGI.COM – Upacara adat di Jawa Timur sangat banyak dan melibatkan mata air atau pertanian. Upacara adat ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur kepada leluhur dan Tuhan atas berkah yang telah diberikan. Tidak jarang tradisi ini juga menyertakan sesaji sebagai bagian dari pengiring doa. Ya, Jawa Timur adalah salah satu provinsi yang memiliki banyak tradisi dan masih dipraktekkan hingga saat ini. Apa saja upacara adat tersebut? Berikut adalah daftarnya.

  1. Yadnya Kasada

Ritual tradisional pertama di Jawa Timur adalah Yadnya Kasada. Upacara Adat Kasada ini merupakan upacara adat yang diadakan oleh masyarakat suku Tengger, Bromo,

Yadnya Kasada, yang biasanya berlangsung setahun sekali pada saat bulan purnama di bulan Kasada atau Oktober dalam penanggalan Jawa. Namun menurut penanggalan Tengger, upacara adat ini berlangsung pada bulan ke-12. Upacara Kasada pada awalnya diadakan untuk memperingati pengorbanan Raden Kusuma, putra Jaka Seger dan Rara Anteng, yang menjadi leluhur penduduk setempat. Tradisi ini kemudian dirayakan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat setempat kepada Tuhan dengan membuat sesaji di kawah Gunung Bromo.

Yadnya Kasada Upacara adat di Jawa Timur
Yadnya Kasada pic by @rahmadswi
  1. Unan-unan

Di sekitar gunung Bromo juga terdapat upacara adat di Jawa Timur yang cukup populer yaitu upacara Unan-unan. UnanUnan biasanya berlangsung di desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo.

Unan-unan berasal dari kata Jawa Kuno una yang berarti kurang. Untuk itu, Unan-unan berarti mengurangi. Upacara adat ini merupakan kegiatan seremonial untuk melakukan penyucian desa yang meliputi pembebasan desa dari gangguan makhluk halus (bhutakala) atau penolak bala. Lebih luas lagi, ritual adat ini tidak hanya untuk pembebasan desa, tetapi untuk semua makhluk di tanah ini.

Unan-unan Upacara adat di Jawa Timur
Unan-unan pic by MongabayIndonesia.com

BACA JUGA : 7 Tempat Makan Keluarga Di Surabaya

  1. Grebeg Suro

Grebeg Suro adalah sebuah adat budaya yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Ponorogo yang berbentuk pesta rakyat. Upacara adat ini mempertunjukkan beberapa kesenian dan tradisi seperti Festival Reog Nasional, Larungan Risalah Doa serta Pawa Lintas Sejarah, serta Kirap Pusaka.

Susunan upacara adat ini biasanya dimulai dengan prosesi penyerahan pusaka ke makam Bupati pertama Ponorogo yang disusul dengan pawai ratusan orang menuju pusat kota dengan menunggang kuda yang telah dihiasi. Grebeg Suro ini juga dijadikan wadah kegiatan dalam ikut melestarikan warisan budaya.

Tari Reog, Grebeg Suro Ponorogo pic by nusadaily.com
  1. Seblang

Upacara adat di Jawa Timur yang sampai saat ini masih diadakan adalah Seblang. Seblang ini adalah semacam ritual yang dilakukan oleh Suku Osing di Desa Bakungan dan Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Upacara adat Seblang ini diadakan dalam rangka untuk bersih desa dan tolak bala agar lingkungan desa tersebut selalu mendapat keamanan dan ketentraman. Ritual Seblang ini diawali dengan sebuah ritual yang dibuka oleh sang gambuh. Seorang penari ditutup matanya dengan kain oleh pemangku adat yang berada di belakangnya sambil memegang sebuah tempeh atau nampan yang terbuat dari bambu. Kemudian seorang penari akan menari sampai penari kesurupan.

Seblang Banyuwangi pic by teddy_wardhana24
  1. Kebo-keboan

Juga dari suku Osing di Bupati Banyuwangi, ada upacara adat di Jawa Timur yang disebut KeboKeboan. Kebo Keboan merupakan tradisi yang erat kaitannya dengan bidang pertanian, dilakukan dengan tujuan mendoakan agar tanah subur, hasil panen melimpah dan terhindar dari bencana, baik itu tanaman maupun manusia.

Acara KeboKeboan dibuka dengan upacara sederhana di Petaunan yang dihadiri oleh panitia, tokoh dan beberapa warga Krajan. Upacara ini kemudian dilanjutkan dengan pawai ider bumi mengelilingi desa menuju sawah yang diikuti para tokoh adat, pawang dan dua pasang kebo-keboan, pembawa sesajian, serta pemain musik hadrah dan barongan.

Upacara adat di Jawa Timur
Kebo-keboan, upacara adat di Jawa Timur pic by @agoes.santoso
  1. Larung Sebonyo

Upacara adat di Jawa Timur yang tak kalah menarik untuk Anda disaksikan adalah Larung Sebonyo. Larung Sebonyo ini adalah upacara adat sedekah laut yang dilakukan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang masyarakat lokal nelayan Pantai Prigi, Trenggalek.

Tradisi Larung Sebonyo ini dilakukan sebgaai bentuk ungkapan rasa syukur bagi masyarakat setempat atas hasil laut yang melimpah. Tak hanya itu, upacara ini juga menjadi bentuk permohonan akan keselamatan masyarakat nelayan Prigi saat mencari ikan di laut. Upacara adat ini biasa diadakan pada Senin Kliwon, Bulan Selo, pada penanggalan Jawa.

BACA JUGA : 7 Tempat Wisata Jember Terbaru

  1. Sandhur

Sandhur atau yang juga dikenal sebagai Dhamong Ghardam adalah sebuah upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat di dataran Madura. Ritual ini berupa tarian yang dimaksudkan untuk memohon hujan, menjamin sumur sumur penuh dengan air, menghormati makam keramat, membuang bahaya penyakit hingga mengeyahkan musibah dan bencana.

Sandhur adalah tarian dan lagu yang diiringi musik, dimana gerakannya tidak lain adalah penyesuaian ritmis tubuh dengan gerakan tarian daerah. Dalam ritual ini, tidak jarang sebagian peserta mengalami kesurupan sehingga pada saat melakukan ritual ini perlu adanya pengelola atau dukun untuk menjadi penengah dalam hubungan dan dialog dengan makhluk dari alam lain.

  1. Keduk Beji

Upacara adat di Jawa Timur yang masih dilakukan sampai sekarang adalah upacara Keduk Beji. Dan upacara ini merupakan tradisi yang biasanya diadakan setiap tahun oleh masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Provinsi Ngawi.

Ritual adat Keduk Beji ini mempunyai tujuan untuk melestarikan adat budaya Desa Tawun yang telah dilakukan sejak zaman dulu. Inti dari upacara ini adalah penyilepan dan penggantian kendi yang disimpan dalam pusat sumber air Beji yang berada di dalam goa. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kendi yang berada dalam sumber air Beji ini harus diganti setiap tahunnya agar sumber air tetap terjaga kebersihannya.

  1. Nakokake

Upacara adat di Jawa Timur yang satu ini ada kaitannya dengan pernikahan, yaitu Nakokake. Nakokake adalah prosesi dimana seorang pria ingin mengenal wanita yang diidamkannya dengan menanyakan atau Nakokake kepada orang tuanya, tradisi ini mirip dengan meminta restu orang tua.

Dalam proses Nakokake ini, pengantin pria akan menanyakan kondisi atau status pengantin wanita apakah dia sudah memiliki pasangan atau masih lajang.

  1. Piningsetan

Mengenai tradisi sebelumnya yaitu Nakokake, piningsetan juga merupakan salah satu ritual adat di Jawa Timur yang masih banyak dilakukan.

Setelah melakukan tradisi Nakokake dan akibatnya pengantin wanita tetap tidak menikah, prosesi selanjutnya adalah Piningsetan, di mana keluarga pria datang ke keluarga wanita.

Tradisi adat piningsetan ini biasanya dilakukan sebagai proses ramah tamah yang disertai dengan acara makan bersama rombongan dari pihak lelaki maupun pihak perempuan. Tradisi ini selalu dilakukan sebelum pernikahan dilakukan karena prosesi ini adalah salah satu momen penting bagi pihak kedua calon pengantin.

Satu pemikiran pada “10 Upacara Adat Di Jawa Timur Yang Masih Lestari”

Tinggalkan komentar